Animasi Bergerak

Minggu, 01 Juli 2018

Adakah keterkaitan antara impor beras dengan pemilihan umum kepala daerah di tahun ini?

Selama era pemerintahan presiden Joko Widodo pada tahun 2016 hingga 2017, pemerintah belum pernah melakukan kebijakan untuk mengimpor beras. Karena sesuai dengan salah satu program nawacita presiden yaitu meningkatkan swasembada beras. Program tersebut berhasil dilaksanakan dengan baik oleh pemerintah. Namun sangat di sayangkan, karena pada pertengahan bulan mei 2018 ini berdasarkan berita harian tempo.com, Kemdag memutuskan untuk kembali menugaskan Perum Bulog mengimpor beras sebanyak 500.000 ton dari negara Vietnam dan Thailand. Keputusan tersebut dinilai untuk meredam kenaikan harga beras yang terjadi saat ini. Menurut saya kebijakan tersebut tidak harus semuanya langsung direalisasikan. Karena kebutuhan beras di tiap daerah berbeda beda. Sehingga kita harus memperhitungkan dulu seberapa besar kebutuhan yang diperlukan dan seberapa besar stock beras yang dimiliki. Maka kekurangan sebesar itulah yang seharusnya akan diimpor oleh Bulog. Mengingat saat ini beberapa wilayah di Indonesia masih panen raya dan adanya impor beras akan berpotensi merusak harga beras di tingkat petani. Terlebih lagi pada juni 2018 luas lahan panen padi di Indonesia minimal menjadi seluas 1,7 juta hektare (ha). Sedangkan pada tahun tahun sebelumnya biasanya hanya sekitar 1,2 – 1,3 juta hektare (ha). Dan dengan jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 250 juta jiwa yang memerlukan beras sebagai kebutuhan pokok mereka. Jadi kita harus bisa memaksimalkan produksi beras dalam negeri selain bisa mengurangi impor beras, hal tersebut juga bisa menyejahterakan para petani beras. Jika para petani tidak sejahtera maka para petani akan bisa beralih profesi yang bisa menyebabkan produksi beras di dalam negeri menurun secara terus menerus. Dan jika stock beras di dalam negeri mengalami kekurangan, maka hal tersebut akan berdampak pada ketergantungan impor beras pada luar negeri. Saat ini negara kita sering melakukan impor dari beberapa negara. Namun negara yang memberikan kuota impor terbesar adalah negara Thailand dan Vietnam. Jika kita sudah memiliki ketergantungan dengan negara lain maka kita bisa mendapatkan efek negatif dari negara tersebut antara lain perekonomian nasional akan terganggu, harga gabah di tingkat petani akan turun, alih fungsi lahan pertanian menjadi bangunan gedung, menggerus devisa negara, devisit neraca perdagangan dll.
Seiring dengan kesejahteraan para petani yang terus menurun, para petani pun kini lebih memilih menjual tanah-tanahnya dan berganti profesi. Sehingga tanah yang dulunya digunakan untuk bertani kini berubah menjadi tempat tinggal, super market, bahkan gedung-gedung pencakar langit. Dan tak jarang mereka lebih memilih merantau ke kota-kota besar dari pada memilih hidup di desa. Hal tersebut dilakukan karena mereka menginginkan pendapatan yang lebih baik dan pekerjaan yang lebih ringan atau tidak menguras banyak tenaga. Banyak pula para orang tua yang berprofesi menjadi seorang petani, tidak menginginkan anaknya meneruskan jejak mereka menjadi seorang petani. Mereka lebih suka melihat anak mereka menjadi seorang pegawai bank, pegawai negeri, pengusaha, ataupun pegawai kantoran karena terlihat lebih sukses. Padahal jika hal ini terus terjadi maka lahan pertanian pun akan semakin berkurang dan bisa berdampak pada menurunnya jumlah produktivitas padi di Indonesia bahkan hingga menimbulkan roda perekonomian ikut menurun. Tanah-tanah di Indonesia tidak lagi subur karena sudah tergantikan dengan gedung-gedung pencakar langit serta tempat-tempat industri yang menghasilkan banyak polusi. Sebenarnya permasalahan kesejahteraan para petani akan bisa teratasi jika mereka bisa memanfaatkan teknologi dengan benar dan semaksimal mungkin. Karena dengan adanya penggunaan teknologi yang canggih hal tersebut bisa memudahkan kerja para petani dan tanaman padi yang dihasilkanpun akan menjadi lebih maksimal. Pengetahuan seperti itu perlu didapatkan oleh para petani di era modern seperti sekarang ini karena jika tidak, maka mereka akan semakin tergerus oleh perkembangan jaman yang semakin maju. Menurut saya pemerintah seharusnya juga bisa mengambil sikap untuk permasalahan seperti ini. Agar negeri ini bisa terus berkembang dengan cepat dan tidak mengalami ketertinggalan. Sayangnya anak muda jaman sekarang jarang sekali yang mau mengambil jurusan pertanian kemudian kembali ke desanya untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu-ilmu yang sudah di pelajarinya di bangku kuliah. Padahal jika hal tersebut bisa di terapkan maka kesejahteraan para petanipun akan terus membaik. Dan jika produksi beras di dalam negeri bisa terus meningkat maka negara Indonesia pun bahkan bisa melakukan ekspor ke negara-negara lain. Sehingga bisa membantu meningkatkan roda perekonomian negara menjadi lebih baik lagi.
            Sedangkan menjelang bulan puasa dan lebaran tahun 2018 dikutip dari berita harian kompas.com, Perum Bulog menjamin ketersediaan bahan pangan terutama stock beras di berbagai wilayah Indonesia. Walaupun akan terjadi kemungkinan bahwa kebutuhan beras akan meningkat selama menjelang bulan puasa hingga lebaran nanti namun stock beras dinilai masih aman. Dengan adanya jalur distribusi yang memudahkan lalu lintas perdagangan di seluruh wilayah Indonesia baik itu jalur darat maupun jalur laut. Hal tersebut bisa membuat daerah-daerah yang bukan penghasil beras sekalipun akan mendapatkan pasokan beras dari daerah-daerah yang bisa menghasilkan beras secara merata ke berbagai daerah di Indonesia. Dan harga beras juga tidak akan mengalami kenaikan yang cukup drastis karena mudahnya akses jalur distribusi seperti adanya jalur tol darat dan jalur tol laut sehingga bisa menekan ongkos transportasi bagi wilayah-wilayah di luar pulau jawa yang tidak bisa menghasilkan produksi beras sendiri terutama di daerah Papua. Daerah-daerah yang biasanya dianggap sebagai wilayah produsen beras di Indonesia ini sendiri antara lain berada di pulau Jawa, Lampung, Sumatra Selatan, Bali, NTB, dan Sulawesi. Di daerah-daerah tersebutlah yang akan menyuplai kekurangan stock beras pada daerah-daerah lainnya yang membutuhkan stock lebih. Sehingga di Indonesia tidak akan mengalami kelangkaan akan kebutuhan bahan pangan terutama stock beras. Selain itu pemerintah juga mengantisipasi terhadap adanya perilaku penimbunan stock beras oleh para tengkulak yang bisa menyebabkan harga beras menjadi naik. Adanya penimbunan stock beras ini tentu sangat merugikan masyarakat dan juga sangat meresahkan masyarakat. Bagaimana tidak, karena sebagian besar masyarakat di Indonesia memilih nasi yang terbuat dari beras dijadikan sebagai makanan pokok untuk menunjang kegiatan beraktivitas sehari-hari mereka. Sebagai warga negara yang baik kita juga harus memiliki peran aktif dalam memberantas oknum-oknum yang merugikan masyarakat tersebut dengan cara melaporkannya ke pihak-pihak berwajib seperti pihak kepolisian dan pihak kodim untuk segera ditindak lanjuti. Karena jika hal tersebut secara terus menerus dibiarkan maka akan terjadi kelangkaan dan kenaikan harga beras di beberapa daerah atau bahkan mungkin hingga di seluruh wilayah yang ada di Indonesia.
            Di sisi lain, siapa sebenarnya yang mendapatkan keuntungan dengan adanya rencana pemerintah yang akan mengimpor beras sebanyak 500 ribu ton? Menurut saya keputusan ini terdapat sangkut pautnya dengan pemilihan umum, dalam waktu dekat ini adalah pelaksanaan pemilihan daerah (Pilkada). Karena lahan pertanian di Indonesia sangatlah luas dan subur, serta bisa menghasilkan beras yang melimpah di berbagai daerah. Untuk itu mengapa pemerintah masih akan melakukan impor beras? Jadi menurut saya hal ini merupakan kepentingan politik untuk mencari dana segar bagi oknum-oknum tertentu. Bayangkan saja jika harga beras domestik jauh lebih mahal di bandingkan dengan beras dunia. Maka ketika kita melakukan impor justru kita tidak akan rugi, tetapi malah menjadi untung. Sehingga siapa yang akan mendapatkan keuntungan dengan adanya kebijakan pemerintah melakukan impor beras sebanyak 500 ribu ton? Mungkin saja ini ulah oknum-oknum tertentu yang berusaha mengelabuhi pemerintah dan oknum-oknum tersebut berusaha mencari keuntungan untuk membantu para pasangan calon kandidat pemilihan kepala daerah. Tak heran jika biaya politik di Indonesia sangatlah mahal jika di bandingkan dengan negara-negara lain. Para calon kandidatpun harus mengeluarkan biaya yang tidak murah, bahkan bisa mengeluarkan biaya hingga ratusan juta rupiah. Selain mereka harus menyetorkan uang kepada partai pengusung sebagai mahar mereka, para pasangan calon kandidatpun juga harus mengeluarkan biaya untuk kampanye di berbagai kota. Biaya tersebut biasanya digunakan untuk membeli segala keperluan kampanye mulai dari membuat MMT, kaos, stiker, membeli sembako untuk di bagikan kepada warga di berbagai kota, kemudian membayar orang-orang yang ikut serta membantu proses kampanye di berbagai kota dsb. Tak heran jika rata-rata yang menjabat sebagai pimpinan kepala daerah adalah para pengusaha sukses ataupun kaum-kaum borjuis. Karena jika tidak, maka mereka akan mengalami kesulitan untuk menjabat sebagai seorang pimpinan kepala daerah. Bahkan setelah mereka berhasil menjabat sebagai pimpinan kepala daerah, tak sedikit juga mereka yang melakukan korupsi untuk memperkaya kepentingan mereka pribadi ataupun untuk kepentingan golongan mereka. Sistem pemilu yang ada di Indonesia memang tak jarang identik dengan politik uang, kecurangan-kecurangan yang sering terjadi pada saat pemilihanpun bermacam-macam, mulai dari daftar pemilih yang tidak akurat, manipulasi dalam perhitungan suara, dan rekapitulasi hasil perhitungan suara.

Pada penyelenggaraan pilkada di tahun 2018 ini berdasarkan berita harian bbc.com pada tanggal 28 juni 2018, terdapat beberapa calon di pemilihan umum kepala daerah yang jadi tersangka korupsi namun masih tetap dipilih dan dimenangkan oleh masyarakat. Antara lain Bupati Tulungagung petahana Syahri Mulyo yang merupakan tahanan KPK terkait dugaan gratifikasi proyek infrastruktur miliaran rupiah, unggul dalam perhitungan suara sementara dengan perolehan suara sebesar 60,1%. Kemudian di pemilihan gubernur Jawa Tengah, berdasarkan hitung cepat tersebut dimenangkan kembali oleh Ganjar Pranowo, yang merupakan seorang saksi KPK dugaan kasus korupsi e-KTP yang merugikan negara sekitar Rp.2,3 triliun. Menurut pendapat saya, masyarakat saat ini mulai sadar akan pentingnya mencari informasi tentang pasangan calon pilkada di daerah masing-masing. Mereka tetap menggunakan hak pilihnya dan memilih pasangan calon pilkada sesuai dengan visi, misi yang terbaik di antara yang terbaik menurut mereka. Dan ternyata mereka tidak terpengaruh dengan status yang dimiliki oleh kedua pasangan calon pilkada tersebut yang merupakan tahanan KPK dan saksi KPK. Masyarakatpun juga sudah menilai rekam jejak dari para pasangan calon pilkada di kota mereka, salah satu faktornya adalah dari tingkat pendidikan. Tingkat kecerdasan memilih, pemahaman, dan kesadaran politik yang tinggi inilah yang bisa menjadi tolak ukur pada sebuah daerah tentang kepekaan masyarakat dan kecerdasan untuk memilih pasangan calon pilkada di daerahnya. Karena suara merekalah yang akan menentukan nasib jalannya pemerintahan dan baik buruknya pelayanan publik di daerah mereka selama 5 tahun kedepan. Walaupun adanya kemungkinan penyelewengan atas terpilihnya wakil rakyat yang terjerat kasus korupsi bisa saja terjadi. Maka dari itu kita wajib memantau kebijakan-kebijakan yang akan dijalankan oleh pasangan calon yang sudah terpilih. Kita bisa menyuarakan kritik dan saran kita kepada para pimpinan daerah dengan kecanggihan teknologi saat ini. Karena bagaimanapun mereka mempunyai potensi untuk melakukan korupsi yang lebih tinggi. Banyak terjadi pro dan kontra atas kemenangan pasangan calon pilkada yang terjerat kasus korupsi, untuk itu sebaiknya pemerintah bisa bersikap tegas dengan membuat peraturan hukum yang bisa ditaati oleh seluruh elemen masyarakat.